BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Dalam bidang industri farmasi, perkembangan teknologi sangat berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal ini banyak ditunjukkan dengan banyaknya sediaan obat-obatan yang disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien, dan peningkatan kualitas obat. Menurut (Priyambodo B, 2007), berdasarkan bentuk sediaannya, obat dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu bentuk sediaan padat/solida, bentuk sediaan semipadat/semisolida, dan bentuk sediaan cair/liquida. Contoh dari bentuk sediaan padat/solida adalah tablet dan kapsul, sedangkan contoh dari bentuk sediaan semipadat/semisolida adalah salep, krim, jel, dan pasta. Contoh dari bentuk sediaan cair/liquida adalah larutan, suspensi, dan emulsi.
Bentuk sediaan suspensi diformulasikan karena beberapa zat aktif obat mempunyai kelarutan yang praktis tidak larut dalam air, tetapi diperlukan dalam bentuk cair agar mudah diberikan kepada pasien yang mengalami kesulitan untuk menelan, mudah diberikan pada anak-anak, serta untuk menutupi rasa pahit atau aroma yang tidak enak dari zat aktif obat. Alasan lain adalah karena air merupakan pelarut yang paling aman bagi manusia. Untuk itu air digunakan sebagai medium pembawa pada sebagian besar sediaan suspensi. Walaupun zat aktif obat memiliki kelarutan buruk dalam air, zat aktif obat tetap dapat dibuat ke dalam bentuk sediaan cair/liquida dengan adanya bantuan suspending agent.
Dalam penelitian ini, akan dilakukan formulasi suspensi menggunakan kombinasi suspending agent yaitu Pulvis Gummi Arabici (PGA) dan Carboxymethylcellulosum Natrium (CMC-Na). Menurut (Rowe CR, 2009), konsentrasi PGA sebagai suspending agent adalah 5-10%. Menurut (Nussinovitch A, 1997) dan (Anggreini DB, 2013), PGA pada konsentrasi kurang dari 10% memiliki viskositas yang rendah dapat mempercepat terjadinya sedimentasi yang menyebabkan sediaan menjadi tidak stabil. Oleh karena itu PGA dikombinasikan dengan CMC-Na yang merupakan suspending agent yang dapat meningkatkan viskositas serta dapat meningkatkan kestabilan dari suspensi yang dihasilkan.
B. Tujuan
Memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam memformulasi sediaan liscosim meliputi : menghitung derajat flokulasi, perbedaan pembuatan metode liscosim dan pengaruh tipe alat terhadap stabilitas liscosim.
C. Manfaat
Output : Agar mengetahui hasil evaluasi dari praktikum tentang formulasi suspensi ibuprofen dengan suspending agen kombinasi gom arab dan Na-CMC.
Outcome : Berharap agar laporan ini dapat dilanjutkan jika ada peneliti yang lain, yang ingin melanjutkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Macam-Macam Suspending Agent
Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan suatu bentuk sediaan suspensi. Salah satunya adalah pemilihan suspending agent. Menurut Chaerunisaa dkk (2009), suspending agent dibagi menjadi beberapa golongan yaitu :
- Golongan pertama adalah polisakarida yang terdiri dari gom akasia (gom arab)/PGA, tragakan, na-alginat (sodium alginat), starch (amilum), karagen (chondrus extract), xanthan gum (polysaccharide b-1449/ corn sugar gum), serta guar gum (guar flour).
- Golongan kedua adalah turunan selulosa, contohnya metilselulosa, CMCNa (karboksimetil selulosa), avicel, dan hidroksi etil selulosa.
- Golongan ketiga adalah clay misalnya bentonit, aluminium-magnesium silikat (veegum), dan hectocrite (salah satu senyawa mineral berbentuk tanah liat). Golongan keempat adalah polimer sintetik contohnya golongan carbomer.
B. Na-CMC
Na-CMC merupakan serbuk yang bersifat higroskopis, berwarna putih sedikit kekuningan, tidak berbau, dan tidak berasa. Na-CMC merupakan serbuk yang mudah larut dalam air dingin maupun air panas. Na-CMC memiliki empat fungsional penting yaitu sebagai penegntal, stabilisator, pembentuk gel dan beberapa hal sebagai pengemulsi. Namun, di dalam suatu system emulsi hidrokoloid Na-CMC tidak berfungsi sebagai pengemulsi tetapi lebih sebagai senyawa yang memberikan kestabilan.
Penambahan Na-CMC sebagai bahan pengental, memiliki tujuan untuk membentuk sistem dispersi koloid dan meningkatkan viskositas larutan. Viskositas dari Na-CMC dipengaruhi oleh pH larutan, dengan kisaran pH 5-11. Apabila pH larutan <3, maka Na-CMC akan mengendap. Viskositas Na-CMC juga dapat bersifat reversible apabila terjadi pemanasan. Na-CMC akan mudah mengendap. Dengan adanya Na-CMC ini maka partikel-partikel yang tersuspensi akan terperangkap dalam sistem tersebut atau tetap tinggal ditempatnya dan tidak mengendap oleh pengaruh gaya gravitasi. Mekanisme bahan pengental dari Na-CMC mengikuti bentuk konformasi extended atau streched Ribbon (tipe pita). Tipe tersebut terbentuk dari 1,4 –D glukopiranosil yaitu dari rantai selulosa. Bentuk konformasi pita tersebut karena bergabungnya ikatan geometri zig-zag monomer dengan jembatan hydrogen dengan 1,4 -Dglukopiranosil lain, sehingga menyebabkan susunannya menjadi stabil. Na-CMC yang merupakan derivat dari selulosa memberikan kestabilan pada produk dengan memerangkap air dengan membentuk jembatan hidrogen dengan molekul Na-CMC yang lain(sirosiris, 2013).
Kadar Na-CMC >90% diklasifikasikan sebagai mutu 1 dan digunakan dalam industri makanan, obat-obatan dan kosmetik, sedangkan untuk kemurnian <90% digunakan untuk industri detergen, pasta gigi, dan petroleum (Wijayani A. dkk, 2005).
C. Gum Arab
Gum arab merupakan salah satu produk getah (resin) yang dihasilkan dari produk penyadapan tanaman acacia sp. Gum arab pada dasarnya merupakan serangkaian satuan-satuan D-galaktosa, L-arabinosa, asam D-galakturonat dan Lramnosa. Gum arab merupakan hidrokoloid yang dihasilkan dengan eksudasi alami dari pohon akasia dan merupakan bagan enkapsulasi efektif karena memiliki beberapa sifat seperti:
- Kelarutan air yang tinggi
- Viskositas yang rendah
- Larutan terkonsentrasi relatif dengan hidrokoloid lainnya
- Memiliki kemampuan emulsifier minyak dalam air
Gum arab sangat mudah larut dalam air, baik air panas maupun air dingin tetapi tidak larut dalam pelarut organik seperti alkohol. Komponen protein (2%) juga terkandung dalam gum arab yang terikat kovalen dalam susunan molekulnya. Karakteristik utama dari gum arab adalah pembentuk tekstur, pembentuk film, pengikat, penstabil dan pengemulsi. Gum arab tidak memiliki rasa dan bau sehingga dapat ditambahkan ke dalam makanan tanpa mengganggu organoleptik dari bahan makanan yang mengalami penambahan gum arab.
Gum arab bermanfaat sebagai pengemulsi dan penstabil karena gum arab memiliki dua sisi yaitu sisi hidrofilik dan sisi hidrofobik sehingga baik digunakan untuk mengemulsikan dua larutan yang berbeda. Kemampuan gum arab sebagai pengemulsi membuat gum arab banyak digunakan pada industri roti dan es krim. Kemampuan gum arab sebagai penstabil membuat gum arab banyak digunakan pada industri minuman berkarbonasi dan industri es krim.
Gum arab merupakan polisakarida netral atau sedikit asam, pada umumnya terdapat dalam bentuk garam Ca, Mg dan K. Jika gum arab terhidrolisis maka akan menghasilkan lima jenis gula: yaitu D-galaktosa, L-arabinosa (dalam bentuk piranosa dan furanosa), L-ramnosa, D-asam glukoronat, dan metil asam glukoronat. Berat molekul gum arab berkisar antara 250.000 hingga 1.000.000. Gum arab dapat digolongkan berdasarkan kelarutannya menjadi dua golongan besar; yaitu gum yang larut air (hidrofilik), dan gum yang tidak larut air (hidrofobik). Gum arab yang bersifat hidrofilik dapat dilarutkan atau didispersikan dalam air panas atau air dingin untuk meningkatkan viskositas larutan (Bertolini dkk., 2001).
Gum arab mudah larut ketika diaduk dalam air dan mempunyai sifat yang unik jika dibandingkan dengan gum lain. Gum arab membentuk larutan dengan kekentalan yang rendah sehingga dapat membentuk larutan dengan konsentrasi sampai 50%. Gum lain akan membentuk larutan yang sangat kental pada konsentrasi yang rendah (1-5 %), sedangkan gum arab baru mencapai kekentalan maksimum pada konsentrasi 40-50%. Gum arab akan mencapai kekentalan maksimum pada pH 4,5-5,5. Apabila pH gum arab kurang dari 4,5 atau lebih dari 5,5 maka akan menyebabkan kekentalan larutan rendah. Adanya elektrolit dalam larutan gum arab juga mengakibatkan turunnya kekentalan, meskipun dalam larutan yang sangat encer penurunan kekentalan ini lebih nyata pada larutan dengan konsentrasi yang tinggi.
Menurut Imeson (1999), gum arab stabil dalam larutan asam. pH alami gum dari Acasia Senegal ini berkisar 3,9- 4,9 yang berasal dari residu asam glukoronik. Emulsifikasi gum arab berhubungan dengan kandungan nitrogennya (protein). Gum arab dapat meningkatkan stabilitas dengan peningkatan viskositas. Jenis pengental ini juga tahan panas pada proses yang menggunakan panas namun lebih baik jika panasnya dikontrol untuk mempersingkat waktu pemanasan karena gum arab dapat terdegradasi secara perlahan-lahan dan kekurangan efisiensi emulsifikasi dan viskositas.
D. Suspensi Oral
Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel pada terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditunjukkan untuk menggunakan oral beberapa suspensi yang diberikan tiket sebagai susu atau magma termasuk kategori ini
E. Macam – Macam Sistem Suspensi
- Sistem Flokulasi
Dalam system flokulasi, partikel terflokulasi adalah terikat lemah cepat mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi “Cake” dan mudah tersuspensi kembali.
- Sistem Deflokulasi
Dalam sistem deflokuasi, partikel deflokulasi mengendap perlahan akhirnya membentuk sedimen, dimana terjadi agregasi dan berbentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.
Sifat – Sifat Dari Partikel Flokulasi Dan Deflokulasi
No. | Flokulasi | Deflokulasi |
1. | Partikel merupakan agregat yang bebas | Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain |
2. | Sedimentasi terbentuk cepat | Sedimentasi yang terjadi lambat masing – masing partikel mengendap terpisah dan ukuran partikel adalah minimal |
3. | Sedimen terbentuk cepat | Sedimen terbentuk cepat |
4. | Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat serta mudah terdispersi kembali seperti semula | Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi |
5. | Wujud suspense kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan di atasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata | Wujud suspensi kurang menyenangkan karena terlihat ada endapan dan cairan atas yang berkabut |
F. Monografi Bahan
- Kloramfenikol
Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan; larutan praktis netral terhadap lakmus P; stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam propilenglikol, dalam aseton dan dalam etil asetat.
Wadan dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat. Simpan ditempat sejuk dan kering.
- Sukrosa
Pemerian : Hablur putih atau tidak berwarna, massa hablur atau berbentuk kubus atau serbuk hablur putih, tidak berbau, dan manis.
Kelarutan : Larutannya netral terhadap lakmus. Kelarutan mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih, sukar dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.
- Serbuk Gum Arab
Pemerian : Hampir tidak berbau, rasa tawar seperti lendir
Kelarutan : m/air menghasilkan larutan yang kental dan tembus cahaya; t/etanol 95%.
- Metil Paraben
Pemerian : Pemerian: kristal putih, tidak berwarna dam memiliki rasa yang sedikit menyengat.
Kelarutan : 1:30 air 80 OC 1;2 etanol (HPE 5 – 466)
- Na-CMC
Pemerian : Serbuk granular; putih atau hampir putih; tidak berbau
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam aseton, etanol (95%), eter, dan toluen; mudah terdispersi dalam air pada berbagai suhu membentuk larutan koloid jernih.
- Oleum Citri
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk putih
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, praktis tidak larut dalam etanol (95%).
- Aquadest
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup.
- Propilenglikol
Pemerian : Cairan kental, jernih,tidak berwarna ,rasa khas, praktis tidak berbau, menyerap air pada udara lembab.
Kelarutan :Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan dengan kloroform, larut dalam eter dan beberapa minyak essensial tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Alat
a. Kertas Perkamen | l. Kaca Arloji |
b. Batang Pengaduk | m. Piknometer |
c. Corong Gelas | n. Senter |
d. Timbangan Digital Analitik (Ohaus) | o. pH Meter |
e. Mortir | p. Mikroskop |
f. Stamfer | q. Viskometer Kapiler |
g. Gelas Ukur | r. Cawan Penguap |
h. Beaker Gelas | s. Lemari Pendingin |
i. Erlenmeyer | t. Autoklaf |
j. Pipet Ukur | |
k. Pipet Tetes |
B. Bahan
a. Kloramfenikol | b. sukrosa |
c. Serbuk Gum Arab | d. Metil paraben |
e. Na-CMC | f. Oleum citri |
g. Aquades | h. Propilenglikol |
C. Formulasi
Bahan | Komposisi p Formulasi (% B/V) | Fungsi |
Kloramfenikol | 2 | Zat Aktif |
Gom Arab | 5 | Pensuspensi |
Na-CMC | 1 | Pensuspensi |
Propilenglikol | 25 | Co-Solvent |
Aquadest Sampai | 10 0 | Pembawa |
Sukrosa | 20 | Pamanis |
Metil Paraben | 0,1 | Pengawet |
Oleum Citri | 4 Tetes | Perasa |
D. Cara kerja
Semua bahan ditimbang, Serbuk gom arab dilarutkan dengan air sebanyak 7 kalinya dalam lumpang, Natrium karboksimetilselulosa (Na-CMC) ditaburkan kedalam air panas sebanyak 20 kali dan biarkan sampai mengembang dalam lumpang lain, kemudian dicampurkan larutan Serbuk gom arab dan larutan Natrium karboksimetilselulosa (Na-CMC), ibuprofen dilarutkan dengan propilenglikol, tambahkan sorbitol gerus homogen.
Campuran ibuprofen ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam campuran serbuk gom arab dan Natrium karboksimetilselulose sambil diaduk homogen, tambahkan pewarna kuning dan oleum citri 4 tetes, diaduk homogen kemudian ditambahkan aquades hingga 100 ml.
Skala diatur sehingga menunjukkan angka nol. Berikan beban tertentu dan lepaskan kunci pengatur putaran sehingga beban turun dan mengakibatkan bob berputar. Catatlah waktu yang diperlukan bob untuk berputar 100 kali putaran. Dengan menambah dan mengurangi beban akan didapat pengukuran pada beberapa kecepatan geser.
E. Pengujian dan evaluasi sediaan suspensi
Penyimpanan dilakukan selama 8 minggu dan dilakukan evaluasi stabilitas fisik suspensi ibuprofen meliputi pemeriksaan:
- Uji organoleptis
Uji organoleptis diamati dengan secara kualitatif apakah sediaan elixir tersebut sudah sesuai dengan ketentuan sediaan elixir yang benar, yaitu bau dan rasa yang sedap, tidak ada pertikel yang tidak larut (Utami, 2015).
- Uji Kejernihan
Uji Kejernihan Dengan cara melihat langsung sediaan suspensi apakah ditemukan partikel yang tertinggal maupun tidak larut (Rizal, 2011)
- Uji Densitas ( Bobot jenis)
Uji Densitas ( Bobot jenis) menggunakan piknometer dengan tahap sebagai berikut langkah pertama timbang pikno bersih. Kemudian letakkan kaca arloji dan isi dengan sediaan yang akan diuji. Selanjutnya, masukkan pikno yang berisi sampel kedalam beaker glass dengan 200 ml air es dengan suhu 20˚C. Segera ambil teteskan cairan yang berada diluar kapiler dengan kertas saring menyedot sisi ujunga kapiler terus tutp kapiler dengan tudung cepat-cepat. Biarkan pada suhu ruangan, baru bagian luar pikno di laboratorium. Terakhir imbang pikno dengan isinya. Bobot jenis dihitung dengan rumus :
Keterangan:
a = Berat pikno kosong
b = Berat sampel sebelum diuji
c = Berat sampel sesudah diuji
- pH
Sediaan diukur pH nya dengan menggunakan pH meter. Tahapan penggunaan ph meter yaitu ambil sedikit sampel sediaan . Kemudian pH meter ditara dulu dengan buffer standar pada pH 7, kemudian ditara pada buffer pH 4 karena sediaan yang diharapkan pada rentan pH 3.6-4.6. Terakhir ukur sampel sediaan menggunakan pH meter.
- Viskositas
Dimasukkan sediaan dalam beker glass, Dicelupkan spindle yang telah terpasang ke dalam cairan sampai ujung bagian bawah tenggelam dan penyangga mencapai dasar beker Penggunaan spindel harus disesuaikan dengan kekentalan suatu bahan yang akan diuji viskositasnnya. Semakin besar nomor spindle maka semakin kecil bentuk fisiknya. Spindel nomor 1 untuk cairan dengan viskositas rendah/encer dan nomor spindel yang lebih besar untuk cairan yang lebih tinggi viskositasnya atau Lebih kental, Ditekan tombol on pada bagian belakang, diatur nomor spindle yang akan digunakan yang disesuaikan dengan cairan serta kecepatannya, Ditekan tombol on pada bagian depan dan dibaca angka yang muncul (Moechtar,1990).
- Uji Distribusi Ukuran Partikel
Uji distribusi ukuran partikel menggunakan metode dengan mikroskop dengan cara diambil sedikit sampel sediaan kemudian diencerkan dengan aquades dan diamati dalam mikroskop sebaran ukuran partikelnya.
- Redispersi
Evaluasi suspensi ibuprofen ini dilakukan setelah pengukuran volume sedimentasi konstan. Dilakukan secara manual dan hati-hati, tabung reaksi diputar 180° dan dibalikkan ke posisi semula. Formulasi yang dievaluasi ditentukan berdasarkan jumlah putaran yang diperlukan untuk mendispersikan kembali endapan partikel ibuprofen agar kembali tersuspensi. Kemampuan redispersi baik bila suspensi telah terdispersi sempurna dan diberi nilai 100%.
- Volume Sedimentasi
Suspensi ibuprofen (10 mL) dimasukkan ke dalam gelas ukur bervolume 10 mL. Kemudian biarkan tersimpan tanpa gangguan, catat volume awal (Vo), simpan maksimal hingga 4 minggu. Volume Sedimentasi dapat dihitung menggunakan rumus :
Keterangan :
F = Perbandingan volume akhir endapan
V0 = volume awal sebelum terjadi pengendapan
Vu = volume akhir endapan
F. Diagram Kajian Akademik
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Anggreini DB, 2013, Optimasi Formula Suspensi Siprofloksasin Menggunakan Kombinasi Pulvis Gummi Arabici (Pga) Dan Hydroxypropyl Methylcellulose (Hpmc) Dengan Metode Desain Faktorial, Skripsi tidak dipublikasikan, Pontianak, Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak.
Bertolini, A.C., Mestres, C., Lourdin, D., Valle, G.D., dan Colonna, P. 2001b. Relationship between thermomechanical properties and baking expansion of sour cassava starch (Polvilho azedo). Journal of the Science of Food and Agriculture. 81 : 429–435.
Chaerunisaa AY, 2009, Farmasetika Dasar, Widya Padjajaran, Bandung, 95-97.
Nussinovitch A, 1997, Hydrocolloid Applications Chapman & Hall, UK, hal 128.
Priyambodo B, 2007, Manajemen Farmasi Industri, Global Pustaka Utama, Yogyakarta, 116, 190-191.
Rowe CR, Sheskey JP, Quinn EM, 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Ed, Washington, American Pharmacists Association.
Wijayani, A., dkk. 2005. Karakterisasi Karboksimetil Selulosa (CMC) dari Eceng Gondok (Eichorniacrassipes (Mart) Solms). Surabaya : University of Surabaya.