This essay has been submitted by a student. This is not an example of the work written by professional essay writers.
Uncategorized

KATA PENGANTAR

This essay is written by:

Louis PHD Verified writer

Finished papers: 5822

4.75

Proficient in:

Psychology, English, Economics, Sociology, Management, and Nursing

You can get writing help to write an essay on these topics
100% plagiarism-free

Hire This Writer

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala nikmat dan rahmat-Nya yang diberikan kepada kita semua sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan dukungan yang terbaiknya.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambahkan pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca khususnya tentang perbandingan gerakan-gerakan sosial yang tumbuh berkembang dikalangan masyarakat dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini dilakukan agar kedepannya penulis dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, penulis yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Serang, 25 April 2020

 

 

 

Penulis

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1.1 Gerakan Sosial

Gerakan sosial juga merupakan tindakan terencana dan terorganisasikan yang dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat yang disertai program terencana dan ditujukan pada suatu perubahan atau sebagai gerakan perlawanan untuk melestarikan pola dan lembaga masyarakat yang sudah ada. Secara teoritis, gerakan sosial merupakan sebuah gerakan yang lahir dari dan atas upaya masyarakat dalam usahanya menuntut perubahan dalam institusi, atau struktur pemerintah. Dengan kata lain, gerakan sosial lahir sebagai reaksi terhadap sesuatu yang tidak diinginkan rakyat atau menginginkan perubahan kebijakan karena dinilai tidak adil. Gerakan sosial dapat dipahami sebagai tantangan dalam pembuatan keputusan dalam upaya melakukan perubahan sosial tertentu. Meskipun gerakan sosial sering digerakkan oleh satu atau berbagai organisasi, banyak penekanan bahwa gerakan sosial sebaiknya tidak diidentifikasi hanya pada organisasi tersebut. Tindakan individu, kelompok yang membentuk opini, juga dapat disebut sebagai gerakan sosial.

Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya ketidakpuasan ataupun ketidakadilan dan sikap kesewenang-wenangan terhadap rakyat. Berbagai gerakan sosial baik dalam bentuk Aliansi, Komite, Front, LSM, Parpol, dan Organisasi Masyarakat lain, secara teoritis merupakan sebuah gerakan yang lahir atas upaya masyarakat untuk menuntut perubahan dalam institusi, kebijakan, atau struktur pemerintah. Disini dapat di lihat bahwa tuntutan perubahan tersebut lahir akibat dari adanya kebijakan pemerintah.

Anthony Giddens (Putra dkk, 2006), menyatakan bahwa gerakan sosial (social movement) adalah suatu upaya kolektif untuk mengejar suatu kepentingan bersama atau gerakan mencapai tujuan bersama melalui tindakan kolektif (collective action) di luar lingkup lembaga-lembaga yang mapan. Dengan kata lain, gerakan sosial dapat lahir sebagai sebuah reaksi yang tidak diinginkan rakyat atas kebijakan yang dikeluarkan oleh kelas yang memiliki kewenangan. Dapat saya artikan mengenai konsep gerakan sosial dari Giddens ini yang menyatakan bahwa gerakan sosial merupakan sebuah gerakan yang dilakukan secara bersama-sama dan kolektif untuk bagaimana mencapai tujuan yang sama. Upaya kolektif ini bisa juga diartikulasikan dengan terbentuknya organisasi-organisasi yang memiliki orientasi dan tujuan bersama yang di inisiasi kan oleh aktor gerakan sosial.

Sidenew Torrow merumuskan gerakan sosial adalah aksi penentangan kolektif yang memiliki tujuan dalam konteks interaksi yang berkelanjutan dengan kelompok elite ataupun penguasa. Gerakan sosial memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut (Asghar, 2014; 36):

1.) Tantangan Kolektif

Aksi gerakan sosial selalu di tandai dengan adanya tantangan yang secara kolektif dilakukan sebagai bagian dari konflik perseteruan, tantangan kolektif ini dalam bentuk perlawanan dengan elite penguasa atau pemegang otoritas, tantangan kolektif sebagai bagian dari gerakan sosial, aksi aksi tantangan kolektif dilakukan dengan simbol-simbol berupa slogan, model pakaian, ataupun musik. Tantangan kolektif menjadi alat partisipasi gerakan sosial dalam memperoleh dukungan atau perhatian dari lawan atau pemerintah sebagai otoritas pembuat kebijakan.

2.) Tujuan Bersama

Partisipan gerakan sosial memiliki arah tujuan bersama, mereka merupakan individu rasional yang sadar dengan beberapa pertimbangan strategis serta bersedia turut bergabung dalam sebuah aksi gerakan sosial untuk menyuarakan tuntutan. Tujuan bersama merupakan artikulasi dari nilai-nilai dan kepentingan bersama dalam gerakan sosial dan aksi bersama.

3.) Solidaritas dan Identitas Kolektif

Keberhasilan aksi gerakan sosial sangant tergantung pada sejauh mana para aktor gerakan sosial mampu memelihara wacana penentangan dengan pihak lawan. Sebaliknya, jika tidak mampu memelihara wacana perseteruan hingga menjadi sebuah aksi maka hanya akan menjadi kebencian individu.

Konsep gerakan sosial yang didefinisikan oleh Tarrow tersebut memiliki perbedaan dengan apa yang diutarakan oleh Giddens bahwa yang dimaksud dalam gerakan sosial dalam perspektif Tarrow ini adalah dia lebih memfokuskan pada aspek sosial politik dimana dalam pernyataannya gerakan sosial yang ia definisikan sebagai sebuah tindakan perlawanan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat yang bergabung dan membentuk aliansi dengan para kelas mayoritas dalam konteks ini adalah kaum tani dan kelas buruh, bersama-sama bergerak untuk melakukan suatu perlawanan terhadap para pemegang kekuasaan atau para elit politik yang tidak mampu untuk mensejahterakan rakyatnya.

Konsep gerakan sosial menurut Tarrow terjadi pada tragedi 1998, pelengseran Presiden Soeharto. Dalam peristiwa ini, kelompok masyarakat yang menjadi dampak dari kebijakan pemerintah yang dianggap tidak bisa mengangkat derajat kehidupan. Mereka bergabung dengan kelompok mahasiswa yang mana dalam hal ini posisi mahasiswa dianggap sebagai kaum intektual atau kelompok yang bisa menyuarakan aspirasi rakyat melakukan suatu upaya perlawanan untuk menurunkan pemerintahan yang sedang berkuasa, dalam hal ini adalah presiden Soeharto.

1.1.2 Komparatif (Perbandingan)

Studi banding dapat dikatakan sebagai penelitian komparatif.  Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta dan sifat objek yang diteliti berdasarkan kerangka pikir tertentu.  Dalam penelitian ini variabel masih independen tetapi untuk lebih dari satu sampel atau pada waktu yang berbeda. Metode komparatif atau perbandingan adalah penelitian pendidikan yang menggunakan teknik membandingkan suatu objek dengan objek lain. Objek yang diperbandingkan dapat berwujud tokoh atau cendikiawan, aliran pemikiran, kelembagaan, manajemen maupun pengembangan aplikasi pembelajaran. Menurut Nazir (2005: 58) penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu. Bersifat membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu variabel tertentu. Jadi studi banding adalah jenis penelitian yang digunakan untuk membandingkan antara dua atau lebih kelompok variabel tertentu.

1.2 Rumusan Masalah

  1. Apa saja yang menjadi perbandingan pada Gerakan Sosial Masyarakat Kapuk Poglar dan Gerakan Feminisme di Amerika Serikat?

1.3 Tujuan Makalah

  1. Mengetahui bagaimana perbandingan pada Gerakan Sosial Masyarakat Kapuk Poglar dan Gerakan Feminisme di Amerika Serikat.
  2. Mengetahui bagaimana perbedaan dan persamaan pada Gerakan Sosial Masyarakat Kapuk Poglar dan Gerakan Feminisme di Amerika Serikat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Banyak berbagai macam tulisan terdahulu mengenai Gerakan Sosial dan berbagai macam gerakan yang lainnya. Seperti yang ditulis oleh Tri Yulian (2018) tentang “Gerakan Sosial Masyarakat Kapuk Poglar untuk Memperjuangkan Hak Atas Tanah” dan Esti (2016) tentang “Gerakan feminisme di Amerika Serikat 1920-1990: Perjuangan Hak-hak Perempuan”. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tri Yulian ini, ia membahas terkait dengan gerakan sosial yang ada di Kapuk Poglar daerah Jakarta Barat untuk bagaimana kemudian dapat memperjuangkan hak atas tanah yang dimiliki oleh masyarakat Kapuk Poglar ini.

Beliau menyampaikan bahwasannya salah banyak faktor yang menyebabkan gerakan sosial masyarakat kapuk poglar ini dapat terjadi. Faktor-faktor penyebab munculnya gerakan perlawanan dari masyarakat Kapuk Poglar adalah faktor hak kepemilikan tanah, faktor sosial ekonomi, dan faktor kesadaran sosial. Kemudian ada suatu wadah yang berisikan sejumlah individu dan kelompok yang memiliki tujuan bersama dalam mengintegrasikan sebuah gerakan perlawanan (resistence movement) atas rencana penggusuran permukiman masyarakat Kapuk Poglar RT/RW 007/04, Kel. Kapuk, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. untuk kepentingan daripada pembangunan asrama kepolisian (2 tower) yang itu akan dilakukan oleh pihak Kepolisian Daerah Metro Jaya, yaitu bernama Komite Tolak Penggusuran (KTP) Kapuk Poglar.

Sementara itu, dalam penelitian Esti terkait dengan gerakan feminisme di Amerika Serikat, ia membahas berbagai gerakan feminis yang ada di Amerika Serikat, mulai dari gerakan-gerakan revolusioner, anti-perbudakan, aksi pemboikotan. Perempuan selalu ikut andil dalam gerakan tersebut. Gerakan ini hadir untuk menyuarakan dan memperjuangkan hak-hak dasar bagi perempuan. Ia juga membahas terkait bagaimana kaum perempuan melawan budaya patriarkal yang diterapkan pada saat itu. Karena Budaya patriarkal ketika itu dianggap sebagai penyebab utama dari masalah ini.  Para feminis liberal memiliki pandangan tentang budaya patriarkal dalam masyarakat yang dapat dilonggarkan dengan cara mengubah sikap masing-masing individu.  Perempuan harus mendapatkan hak-hak yang dimilikinya. Ia juga membahas terkait bagaimana kaum perempuan memperjuangkan apa yang menjadi hak dasar bagi perempuan.

Berangkat dari hasil penelitian Sunarto Tri Yulian yang berjudul  “Gerakan Sosial Masyarakat Kapuk Poglar untuk Memperjuangkan Hak Atas Tanah” dan Esti (2016) tentang “Gerakan feminisme di Amerika Serikat 1920-1990:perjuangan hak – hak perempuan”. Disini  saya ingin  melakukan penelitian literature yang yang berjudul “Perbandingan Gerakan Sosial Masyarakat Kapuk Poglar dan Gerakan Feminisme di Amerika Serikat”.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PEMBAHASAN

 

3.1 Gerakan Sosial Masyarakat Kapuk Poglar

Perencanaan penggusuran yang akan dilakukan Kepolisian Daerah Metro Jaya, telah menciptakan benih-benih perlawanan dari kelompok masyarakat yang tinggal disekitar area Kapuk Poglar dan mengakibatkan pada munculnya kekuatan perlawanan terhadap berubahnya pola kehidupan yang diciptakan oleh rencana penggusuran tersebut. Faktor sosial ekonomi masyarakat seperti akan hilangnya mata pencaharian para warga dan pindahnya tempat tinggal serta usaha-usaha kecil masyarakat merupakan faktor pendukung terbangunnya kesadaran kolektif yang menjadi dasar terbentuknya suatu kelas masyarakat yang melawan kebijakan yang akan di ambil oleh Kepolisian Daerah Metro Jaya untuk membangun Asrama Kepolisian, dan sehingga kesadaran tersebut akan mampu menilai bahwa berbagai macam persoalan akan kemudian tercipta dengan adanya perencanaan pembangunan tersebut.

Konflik hak kepemilikan tanah kerap kali menjadi permasalahan dalam suatu wilayah karena kebutuhan masyarakat sebagai pemilik tanah terganggu dengan adanya perubahan bentuk wilayah yang dapat mengganggu proses kelangsungan hidup masyarakat. Bentuk aksi protes sebagai sarana meluapkan kekecewaan masyarakat karena terdapat suatu kebijakan yang dianggap merugikan masyarakat. Permasalahan perebutan hak milik tanah yang terjadi di Kapuk Poglar tidak dapat dipisahkan dari sejarah dan keberadaan pemukiman masyarakat dan perlawanan masyarakat yang menjadi dasar terjadinya perselisihan antara Kepolisian Daerah Metro Jaya dengan masyarakat Kapuk Poglar. Dari awal menetapnya masyarakat maupun keberadaan Kepolisian Daerah Metro Jaya yang menjadi penyebab pengklaiman hak milik atas tanah. Kemudian dibentuklah sebuah organisasi massa (Komite Tolak Penggusuran Kapuk Poglar) sebagai bentuk perlawanan masyarakat Kapuk Poglar terhadap pengklaiman sepihak oleh Kepolisian Daerah Metro Jaya.

Komite Tolak Penggusuran Kapuk Poglar (KTP-Kapuk Poglar) merupakan suatu wadah yang berisikan sejumlah individu dan kelompok yang memiliki tujuan bersama dalam mengintegrasikan sebuah gerakan perlawanan (resistence movement) atas rencana penggusuran permukiman masyarakat Kapuk Poglar, Kel. Kapuk, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. untuk kepentingan daripada pembangunan asrama kepolisian yang akan dilakukan oleh pihak Kepolisian Daerah Metro Jaya.

Komite Tolak Penggusuran (KTP) Kapuk Poglar lahir sebagai reaksi terhadap suatu kebijakan atas rencana penggusuran sepihak dari Kepolisian Daerah Metro Jaya yang tidak diinginkan oleh masyarakat Kapuk Poglar dan masyarakat menginginkan suatu perubahan atas kebijakan tersebut karena dinilai tidak adil. Komite Tolak Penggusuran (KTP) Kapuk Poglar, tentunya tidak begitu saja lahir menjadi sebuah gerakan sosial. Ada faktor-faktor yang menyebabkan munculnya Komite Tolak Penggusuran (KTP) Kapuk Poglar sebagai sebuah gerakan sosial.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh Komite Tolak Penggusuran ini untuk bagaimana mampu memberikan perlawanan terhadap pengklaiman sepihak yang dilakukan oleh Kepolisian Daerah Metro Jaya Jakarta Barat, yaitu:

  1. Melakukan pekerjaan Membangkitkan Kesadaran Masyarakat dengan cara:
  2. Diskusi Rutin dan terbuka.
  3. Seminar, Pendidikan Politik dan Hukum.
  4. Panggung-panggung Kebudayaan.
  5. Mengorganisasikan Warga Masyarakat Kapuk Poglar.
  6. Melakukan Mobilisasi sebagai bentuk perlawanan terhadap Kepolisian Daerah Metro Jaya (demonstrasi, legislasi, dll).

Komite Tolak Penggusuran (KTP) Kapuk Poglar dalam proses sosialisasi melakukan berbagai agenda-agenda yang memiliki orientasi untuk membangkitkan kesadaran massa luas, yang artinya meliputi warga Kapuk Poglar itu sendiri serta untuk mendapatkan dukungan dari massa luas. Proses dari sosialisasi tentunya memiliki kaitan erat dengan Proses Mobilisasi. Tanpa adanya kesadaran yang dimiliki, maka akan sulit masyarakat untuk dapat bergerak atas apa yang terjadi. Upaya Mobilisasi yang dilakukan oleh Komite Tolak Penggusuran (KTP) Kapuk Poglar adalah untuk mendapatkan dukungan, pengorganisasian dalam pekerjaan, sampai melakukan tindakan berupa tekanan politik (political pressure) baik berupa diskusi terbuka, kampanye luas, unjuk rasa/demonstrasi, dan melakukan blokade pada saat eksekusi penggusuran dilakukan.

3.2 Gerakan Feminisme di Amerika Serikat

Sthephanie Wright mengatakan, feminisme merupakan usaha seorang perempuan untuk mempublikasikan diri atau menyatakan polemiknya sendiri didepan umum yang merupakan sebuah tantangan terhadap kekuasaan patriarkal. Selain itu Haraway juga berpendapat bahwa feminisme adalah menjadi perempuan yang menyatukan semua perempuan tanpa mempertimbangkan perbedaan seksual dan semua perbedaan kultural itu dihapuskan. Berangkat dari teori-teori diatas, dapat dikatakan feminisme adalah sebuah gerakan yang dipelopori oleh para perempuan untuk kemudian menuntut pada kesetaraan atau sejajar dengan laki-laki. Harapannya adalah, melalui gerakan feminisme ini, kaum perempuan mampu mendapatkan apa yang menjadi haknya.

Berbagai Gerakan Feminis yang ada di Amerika Serikat ini hadir untuk menyuarakan dan memperjuangkan hak-hak dasar bagi perempuan. Mulai dari gerakan-gerakan revolusioner, anti-perbudakan, aksi pemboikotan. Perempuan selalu ikut andil dalam gerakan tersebut untuk melawan dan menghapuskan budaya patriarkal yang diterapkan pada saat itu. Karena Budaya patriarkal ketika itu dianggap sebagai penyebab utama dari masalah ini.  Para feminis liberal memiliki pandangan tentang budaya patriarkal dalam masyarakat yang dapat dilonggarkan dengan cara mengubah sikap masing-masing individu.

Di negara Amerika Serikat sendiri, begitu banyak gerakan-gerakan feminisme yang lahir didalamnya. Konsep gerakan femisme yang cocok pada konteks negara demokrasi liberal yaitu Amerika Serikat adalah teori feminisme liberal. Dalam konsep ini, feminisme liberal menuntut pada kesetaraan yang sempurna, salah satunya adalah sektor sosial, politik, dan ekonomi, terkhusus feminisme liberal ini abai terhadap analisis yang sistematis terkait dengan faktor struktural dan beranggapan bahwa persoalan perempuan ini dapat diselesaikan dengan perjuangan individual tanpa hadirnya pemerintah untuk mengatasinya. Gerakan feminisme liberal ini mengiplementasikan prinsip fundamental liberalis yang pada hakikatnya setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk kemudian mengekspresikan dirinya dan bebas berpendapat. Mereka fokus untuk memasukkan para perempuan dalam pasar tenaga kerja upahan dan mampu untuk kemudian bersaing dengan laki-laki.

Ada tiga usaha atau perjuangam yang dilakukan oleh gerakan feminisme di Amerika Serikat yaitu:

1.Sektor politik, hak suaralah yang menjadi penting untuk kemudian diperjuangkan oleh gerakan femisme ini karena dipandang sebagai prasyarat yang mutlak untuk mencapai kehidupan sosial yang baru.

  1. Sektor ekonomi, ketika Amerika mengalami depresi ekonomi besar-besaran, orang-orang melakukan berbagai cara untuk bertahan hidup. Ini juga berdapak pada para klas buruh yang bekerja termasuk buruh perempuan. Maka dari itu, sektor ekonomi pun penting untuk diperjungkan.
  2. Sektor sosial, pendidikan  dan organisasi sosial seperti serikat kerja dan buruh juga menjadi penting untuk diperjuangkan karena latar belakan pendidikan perempuan juga dapat menentukan karir kedepannya (kerja).

 

3.3 Perbandingan antara Kedua Gerkana Sosial

Perjuangan gerakan sosial ini memiliki kecenderungan yang sama, dalam memperjuangkan apa yang menjadi hak-hak mereka. Gerakan sosial masyarakat kapuk poglar memperjuang hak atas tanah yang akan diklaim oleh kepolisian daerah metro jaya dan gerakan feminisme kaum perempuan di Amerika Serikat ini memperjuangkan apa yang seharusnya menjadi haknya serta ingin melawan dan menghapuskan budaya patriarkal. Akan tetapi, yang menjadi pembeda adalah pemahaman dan metode yang digunakan untuk kemudian dipraktikan dalam sebuah gerakan sosial.

Dalam praktiknya, gerakan masyarakat kapuk poglar ini merupakan gerakan yang aktivitasnya sangat sitematis dan terstruktur dalam melakukan pekerjaannya, kedisiplinan dan konsistensi yang tunjukkan dalam berupaya untuk melawan klaim sepihak yang dilakukan oleh kepolisian daerah metro jaya. Seperti yang dilakukan oleh Komite Tolak Penggusuran, mereka melakukan briefing yang biasanya dilakukan di pagi hari sekitar pukul 07:30 dan diakhiri dengan assesment (penilaian pekerjaan) pada malam hari sekitar pukul 19:30. Agenda briefing dipagi hari dimaksudkan untuk membagi tugas dan capaian target di setiap harinya. Dan agenda Assesment dimaksudkan sebagai laporan-laporan dari setiap aktifitas harian yang sudah dilakukan. Mereka juga membuat plan (rencana) secara terstruktur dan massif untuk kemudian dijalankan secara bersama-sama oleh warga kapuk poglar.

Berbanding terbalik dengan gerakan feminisme di Amerika yang pada dasarnya menomorsatukan liberalismenya. Praktiknya, dalam gerakan feminisme kaum perempuan di Amerika Serikat ini liberal sekali dalam perjuangannya. Cara yang ditempuh oleh feminisme liberal:

  1. Melakukan pendidikan yang setara untuk pria dan wanita.
  2. Memanfaatkan sumber daya ekonomi dan kebebasan sipil dan layanan kesehatan yang setara.
  3. Wanita tidak perlu mengorbankan peran domestik mereka.
  4. Berjuang untuk peluang hak-hak sipil dan ekonomi bagi perempuan melalui organisasi.

Karena perempuan yang selalu dianggap dibawah kuasa laki-laki dalam bidang sosial dan pendidikan juga hak-hak kaum perempuan lebih subordinat, dengan adanya gerakan feminisme ini, perjungan perempuan dalam sektor ekonomi, sosial, dan politik menimbulkan dampak bagi kaum perempuan yang lainnya. Di sektor ekonomi misalnya, dampak yang timbul adalah para perempuan yang bekerja dibidang perkantoran maupun yang tergabung dalam serikat pekerja atau buruh ini meningkat jumlahnya dan pada akhirnya mendapatkan upah yang setara atau sama dengan laki-laki.

Pada intinya, kedua gerakan sosial ini sama-sama menuntut untuk mendapatkan hak dasarnya dalam berkehidupan. Karena pada dasarnya, tidak akan timbul sebuah perlawanan dari masyarakat jika apa yang diinginkan oleh masyarakat itu terwujud (tidak dirampas dan pangkas haknya). Mengapa masyarakat merasa terganggu dengan adanya perubahan bentuk wilayah? Karena itu menyangkut proses kelangsungan hidup masyarakat. Bentuk aksi protes sebagai sarana meluapkan kekecewaan masyarakat karena terdapat suatu kebijakan yang dianggap merugikan masyarakat. Permasalahan perebutan hak milik tanah yang terjadi tidak dapat dipisahkan dari sejarah dan keberadaan pemukiman masyarakat dan perlawanan masyarakat yang menjadi dasar terjadinya perselisihan. Mengapa perempuan di Amerika Serikat ini melakukan perlawanan? Karena dirasa ada yang tidak beres dengan adanya budya patriarkal yang ada, dirasa ada kebijakan yang dianggap membatasi hak suara terhadap perempuan. Maka dari itu, jika masyarakat sudah terpenuhi hak-hak dasarnya dan sejahtera, tidak akan lagi ada perlawanan yang timbul dari masyarakat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

4.2 Saran

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Asghar, Ali. (2014). “Men-teroris-kan Tuhan”. Jakarta: Pensil 324

Fadillah Putra Dkk. (2006). “Gerakan Sosial”. Malang: Averrors Press.

Lauhil Mahfud, Muhammad (2015). “Gerakan Sosial Pembangunan Dan Pelestarian Lingkungan Di Jalur Pendakian Gunung Penanggungan Desa Tamiajeng, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto”. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

Menisty, Tri (2015). “Studi Komparasi Hasil Belajar Kognitif Antara Pembelajaran Berbasis Masalah Denga N Pembelajara N Berbasis Proyek Materi Lingkaran Kelas Viii Smp Negeri 3 Bumiayu”. Bachelor Thesis, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Syachrotunnisa, Esti (2016). “Gerakan feminisme di Amerika Serikat 1920-1990 : perjuangan hak – hak perempuan. Skripsi, Sanata Dharma University

Tri, Yulian. (2018). “Gerakan Sosial Masyarakat Kapuk Poglar untuk Memperjuangkan Hak Atas Tanah”. Skripsi.

 

 

  Remember! This is just a sample.

Save time and get your custom paper from our expert writers

 Get started in just 3 minutes
 Sit back relax and leave the writing to us
 Sources and citations are provided
 100% Plagiarism free
error: Content is protected !!
×
Hi, my name is Jenn 👋

In case you can’t find a sample example, our professional writers are ready to help you with writing your own paper. All you need to do is fill out a short form and submit an order

Check Out the Form
Need Help?
Dont be shy to ask